fbpx
Ada Pertanyaan ?
+62 857-4550-9992

  • Home
  • Article
  • Ekonomi
  • Transformasi Ekonomi Melalui Green Investment Sebagai Upaya Mitigasi Krisis Iklim

Transformasi Ekonomi Melalui Green Investment Sebagai Upaya Mitigasi Krisis Iklim

chaakra By  August 15, 2024 61 346

Halo Sahabat Chaakra, jika kita rasakan saat ini cuaca cenderung semakin panas dan musim hujan tidak menentu? Kira-kira kenapa ya? Hal ini dikarenakan kita tengah dihadapkan dengan musuh bersama soal peningkatan suhu global. Data dari National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) menyebutkan bahwa saat ini suhu bumi tercatat lebih hangat 1,29 derajat celsius. Hal ini memicu timbulnya bencana di berbagai negara, yang mengakibatkan hambatan aktivitas ekonomi dan berdampak pada sektor keuangan yang menanggung beban akibat kerusakan aset hingga disrupsi rantai pasok. Salah satu solusinya, diperlukan transformasi ekonomi ke arah yang lebih “hijau”. Dengan mengembangkan instrumen keuangan yang disebut green investment. Yuk kita bahas lebih jauh apa itu instrumen green investment dan bagaimana kontribusinya terhadap perlambatan perubahan iklim?

Jika kita berbicara mengenai green investment, maka kita perlu memahami terlebih dahulu green economy sebagai konsep yang melandasi munculnya green investment. Gagasan green economy pertama kali muncul dalam laporan Blueprint for a Green Economy 1989 yang mendefinisikan pembangunan berkelanjutan dan implikasinya pada kemajuan ekonomi. Pada 1992 melalui Rio Earth Summit, konsep tersebut diadopsi oleh United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), dimana terdapat 3 pilar dasar ekonomi berkelanjutan yaitu lingkungan, ekonomi dan sosial atau triple bottom line. Sebagai tindak lanjut, Conference of the Parties atau COP UNFCCC 1997 menghasilkan Protokol Kyoto dengan tujuan pengurangan emisi oleh negara-negara maju. Secara sederhana, ekonomi hijau dipandang sebagai ekonomi rendah karbon, efisien dalam penggunaan sumber daya dan inklusif secara sosial.

Untuk mendukung tranformasi global menuju green economy diperlukan salah satu instrumen kunci yaitu green investment. Menurut International Monetary Fund (IMF), green investment adalah investasi yang mencakup investasi publik dan swasta yang ditujukan untuk mengurangi emisi dan polusi udaran. Sejalan dengan definisi tersebut, penelitian oleh Tran, dkk dengan judul The Factors Affecting Green Investment for Sustainable Development, menyebutkan bahwa penggunaan dana investasi dapat dimanfaatkan untuk berinvestasi pada penyediaan barang dan jasa lingkungan hidup (seperti pengolahan air, perlindungan keanekaragaman ekosistem dan alam) serta pencegahan, mitigasi atau kompensasi kerusakan alam dan iklim (seperti penghematan energi atau penggunaan energi terbarukan). Setidaknya terdapat 3 kriteria utama didalam green investment, yaitu:

  1. Sektor energi rendah emisi, green investment mendorong pergeseran transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi alternatif yang rendah polusi, seperti investasi pada energi angin, matahahari, air untuk pembangkit listrik atau bahan bakar dari biofuel, biomasa hingga solar dan geothermal.
  2. Investasi pada teknologi yang dapat mengefisiensi energi, green investment juga mendorong perubahan teknologi yang mampu mengurangi jumlah kebutuhan energi dalam penyediaan barang dan jasa. Di sektor transportasi, efisiensi bisa dilakukan melalui penggunaan mobil hibrida hingga peningkatan penyediaan angkutan umum. Di sektor industri, efisiensi dilakukan melalui peralatan hemat energi dan pengolahan limbah yang baik.
  3. Investasi pada perbaikan hutan yang rusak, setelah bahan bakar fosil, deforestasi menjadi penyumbang emisi karbon terbesar di dunia yaitu sekitar 20%. Green investment dapat mendorong penghentian deforestasi, reboisasi dan penerapan praktik pertanian yang baru dapat mengurangi emisi karbon.

Baca jugaPerjalanan Perekonomian Indonesia Tahun 2023 Dan Proyeksi Kedepan

Dalam penerapannya, instrumen green investment yang paling umum adalah green equities dan green bonds. Berikut penjelasannya :

    1. Green equities atau ekuitas hijau merujuk investasi yang dilakukan melalui kepemilikan saham di berbagai perusahaan yang berkomitmen pada penerapan bisnis ramah lingkungan. Bursa Efek Indonesia telah mengeluarkan saham dengan indeks ESG, dimana hingga saat ini terdapat 30 perusahaan yang masuk dalam kategori green equities. Perusahaan yang indeksnya masuk dalam IDX ESGL, memiliki likuiditas dan kinerja keuangan yang baik, namun poin utamanya adalah telah dilakukan penilaian terhadap Enviroment, Social, dan Governance (ESG) dengan mayoritas skor ESG risk rating yang rendah (skor sekitar 10-20).
    2. Green bonds atau obligasi hijau merupakan surat utang yang diterbitkan baik oleh pemerintah maupun swasta dengan tujuan mendukung proyek-proyek berkelanjutan atau ramah lingkungan. Sejak 2018, pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menerbitkan green sukuk, yang jika diakumulasikan telah mencapai USD 6,9 miliar atau setara 108 triliun, meliputi USD 5 miliar global untuk investor global, USD 1,5 miliar investor domestik dan USD 450 juta khusus untuk pembiayaan proyek tertentu.

Dalam cakupan yang lebih luas lagi, kita dapat melihat bagaimana Green Investment termanifestasikan kedalam Foreign Direct Investment (FDI) atau Penanaman Modal Asing hijau yang sudah menjadi tren investor dunia. Yang menarik sebagai negara sedang berkembang, Indonesia merupakan top list dari tujuan green investment ini. Laporan dari Boston Consulting Group yang berjudul Foreign Direct Investment and the Greening of Emerging Markets 2023, menyebutkan bahwa diantara negara-negara berkembang, Indonesia berada di peringkat 5 dalam ketogori arus masuk green FDI selama 5 tahun terakhir, dengan akumulasi investasi sekitar USD 17,3 miliar.

Indonesia saat ini tengah berupaya untuk mengembangkan sumber daya terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara. Indonesia berhasil mendapatkan investasi dari Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai USD 20 miliar dalam bentuk hibah dan pinjaman bunga rendah yang diharapkan dapat mempercepat dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan. Tidak hanya itu, LG Energy Solution bekerja sama dengan PT Aneka Tambang tbk sedang mengembangkan proyek baterai kendaran listrik dengan total investasi USD 9,8 miliar. Saat ini,  terdapat 5 green sector  di Indonesia yang dapat dibiayai yaitu proyek transportasi berkelanjutan, energi terbarukan, pengelolaan limbah untuk energi dan lainnya, pertanian berkelanjutan, serta ketahanan terhadap perubahan iklim untuk daerah yang sangat rentan.

Baca juga : Apa Faktor Utama Pemain Bola Dihargai Cukup Mahal ? Ini Penjelasan Ekonomi-Nya

Lantas bagaimana green investment mampu berkontribusi terhadap perlambatan perubahan iklim? Setidaknya terdapat 3 alasan utama, yaitu:

  1. Pertama, green investment memiliki kontribusi terhadap peningkatan projek-projek untuk pengurangan emisi karbon. Dalam laporannya, IEA menjelaskan bahwa investasi dalam energi terbarukan dapat mengurangi emisi global CO₂ sebesar 70% pada tahun 2050 jika mencapai target yang ditetapkan.
  2. Kedua, green investment juga mendorong peningkatan investasi dalam teknologi efisiensi energi dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi. International Renewable Energy Agency (IRENA) menyatakan bahwa projek investasi efisiensi energi dapat mengurangi penggunaan energi sebesar 30-40% dalam berbagai sektor.
  3. Ketiga, green investment juga mendorong peningkatan projek teknologi inovatif seperti penyimpanan energi dan kendaraan listrik juga berkontribusi pada pengurangan emisi. Menurut laporan BloombergNEF, pasar kendaraan listrik global diperkirakan akan mencapai 50 juta unit per tahun pada tahun 2030, yang dapat mengurangi emisi CO₂ hingga 1,5 miliar ton per tahun jika dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar fosil.

Nah sekarang, sahabat Chaakra telah mendapatkan Gambaran yang lebih mendalam tentang instrumen green investment dan bagaimana kontribusinya terhadap perlambatan perubahan iklim. Lalu apa yang bisa kita kontribusikan secara nyata. Pertama kita dapat membagikan pengetahuan terkait green investment ini kepada lebih banyak orang sehingga nantinya lebih banyak orang yang mengetahui tentang bagaimana kita ikut andil dalam pencegahan perubahan iklim. Kedua, sahabat juga bisa terlibat aktif berinvestasi dalam instrument green investment seperti pada instrument green equities atau green bond  nih.

Ketiga, sahabat juga dapat mendorong pemerintah, Masyarakat maupun pelaku usaha di sekitar wilayah sahabat untuk lebih mengedepankan pembangunan ramah lingkungan. Okey, terima kasih sudah membaca artikel ini ya dan tolong untuk share artikel ini agar lebih banyak teman kita yang aware terkait masalah perubahan iklim. Nah jika sahabat ada ide untuk mengangkat isu-isu menarik soal ekonomi, bisnis dan sumber daya manusia didalam artikel kami, silahkan komen ya.

 

Penulis : Vina – Staf Asisten Konsultan Kebijakan Publik

Comments (61)

Make a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *