fbpx
Ada Pertanyaan ?
+62 857-4550-9992

JIKA INGIN SUKSES, DON’T FOLLOW YOUR PASSION

chaakra By  November 2, 2024 33 134

Follow your passion,” atau, “Kerjakan apa yang kamu cintai, seringkali kita dengarkan sebagai saran umum jalan menuju kesuksesan. Jika kita pikirkan kalimat itu sambil lalu, terdengar cukup masuk akal. Dengan melakukan apa yang kamu suka, maka kamu tidak akan pernah merasa sedang bekerja. Dan ini akan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kamu.

Namun ternyata, ketika kita pikirkan secara lebih mendalam. Kalimat tersebut ternyata tidak linear dengan kondisi rill pasar tenaga kerja. # Jangan Ikuti Passion Anda: Perspektif Berbeda tentang Kesuksesan Karier di Indonesia. Di pasar kerja yang cepat berubah, apa yang kamu cintai hari ini mungkin tidak akan sama menariknya di kemudian hari. Banyak anak muda Indonesia menemukan bahwa minat mereka berkembang seiring dengan pengalaman baru yang didapat. Perubahan ini bisa menyebabkan frustrasi jika mereka merasa terpaksa untuk tetap pada satu passion.

Namun lebih dari itu, hasil  studi yang dilakukan oleh Deloitte pada tahun 2017, hanya ada sekitar 13 persen orang di Amerika Serikat yang benar-benar berkomitmen mencari tantangan dan berkembang lewat pekerjaannya. Ini bisa kita artikan bahwa hampir 9 dari 10 orang sedang berkutat dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan passion masing-masing. Hasil ini seperti mengatakan “Don’t follow your passion” jika ingin sukses. Mark Cuban, pengusaha kondang asal Amerika Serikat yang masuk dalam Forbes 400 List (daftar orang terkaya di dunia), adalah salah satunya. Ia tak sendirian, Jon M. Jachimowicz seorang Assistant Professor di Harvard dan penulis buku self-improvement.  Cal Newport  juga mengemukakan pendapat serupa. Video saat Newport menyampaikan ceramah berjudul “Follow Your Passion” is Bad Advice bahkan sudah ditonton hingga ratusan ribu kali.

Mengapa hal tersebut terjadi ?

Pertama, fokus secara eksklusif pada passion dapat mengesampingkan kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan lain. Meskipun antusiasme dapat mendorong minat awal, mengembangkan keahlian lain yang lebih komprehensif sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang. Di Indonesia, di mana persaingan untuk pekerjaan sangat ketat, memiliki keterampilan yang relevan sering kali lebih penting daripada sekadar passion.

Kedua, beberapa orang yang berkata untuk mengerjakan apa yang kamu cintai adalah orang-orang sukses dan terkenal seperti Steve Jobs (co-founder Apple). Tapi berapa banyak orang mengerjakan apa yang mereka pikir cintai, hanya untuk berakhir dengan keputusasaan, penyesalan, dan kegagalan? Apakah kita sebenarnya sedang menyaksikan fenomena survivor bias?

Ketiga adalah realitas ekonomi, pasar kerja Indonesia menghadirkan tantangan unik. Banyak passion, terutama di bidang kreatif, mungkin tidak dapat diterjemahkan menjadi karier yang layak. Penting untuk mempertimbangkan permintaan pasar dan stabilitas pekerjaan saat memilih jalur karier. Karier di sektor seperti teknologi, kesehatan, dan keuangan seringkali menawarkan peluang yang lebih dapat diandalkan.

Lewat apa yang saya baca dan alami sendiri, saya bisa menyimpulkan bahwa passion bukanlah sesuatu yang harus kamu cari dan temukan. Yang sering terjadi adalah passion dikembangkan sendiri melalui keadaan yang ada, seperti pekerjaan yang kamu miliki sekarang.  Penelitian bahkan mengatakan bahwa memercayai ada satu pekerjaan paling tepat menanti di depan mata malah bisa membuat orang jadi lebih tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Saya rasa Mark Cuban (top 400 orang terkaya di dunia) memberikan saran kepada kita dengan baik. Biar saya tulis ulang di sini:

  1. Jika kamu bekerja keras dan tidak menyerah, maka lama-lama kamu akan jago di bidang tersebut.
  2. Jika kamu jago di sebuah bidang, kamu akan cenderung menikmatinya.
  3. Ketika kamu menikmatinya, ada kemungkinan besar kamu mulai merasa terlibat lebih dalam lagi, atau merasa passionated.
  4. Ketika kamu bekerja keras, jago dalam sebuah bidang, dan juga menikmatinya, hal-hal baik akan terjadi.

Jadi, saya rasa cukup aman untuk mengatakan bahwa mungkin tidak akan pernah ada satu pekerjaan di luar sana yang bakal membuat kamu bahagia dan mengatakan, “Ya, ini passion saya. Ini juga akan menjadi pekerjaan terakhir saya”. Jadi daripada mencarinya, lebih baik kamu mengembangkannya.


Gigih Prihantono, S.E.,M.S.E – Konsultan Kebijakan Publik dan Manajemen Binis Chaakra Consulting

Comments (33)

Make a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *